Didalam sesuatu kisah, dikisahkan bahwa ada seorang lelaki tua tengah berjalan-jalan di pinggir sungai. waktu berjalan-jalan, terlihatlah olehnya seorang anak tengah mengambil wudhu sembari menangis. lantas ia beratanya, "wahai anak kecil, kenapa anda menangis ?"
anak itu menjawab, "wahai kakek, saya sudah membaca ayat al-quran hingga hingga pada ayat yang berbunyi, "yâ ayyuhal-ladzîna âmanû qû anfusakum, " yang berarti, "wahai orang-orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian dapat dirimu. " saya menangis karena saya takut dapat dimasukkan ke didalam api neraka. "
berkata orang tua itu, "wahai anak, jangan sampai anda takut, sebenarnya anda terpelihara serta anda tak lagi dimasukkan ke didalam api neraka. "
anak itu menjawab, "wahai kakek, kakek yaitu orang yang berakal, tidakkah kakek tengok bila orang menyalakan api, maka yang pertama dapat mereka tempatkan adalah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu lantas baru mereka tempatkan yang besar. lantas tentulah saya yang kecil ini dapat dibakar dahulu sebelum saat dibakar orang dewasa. "
berkata orang tua itu, sembari menangis, "sesungguh anak ini lebih takut pada neraka dari pada orang yang dewasa, maka bagaimanakah situasi kami kelak ?"
***
pikirkan apabila saja yang dikisahkan didalam potongan cerita tersebut yaitu anak kita. anak yang kita lahirkan serta besarkan dengan keringat serta jerih payah. pasti begitu mujur serta berbahagianya kita sebagai orang tua. begitu lalu banyak keringat yang sudah tercucur, tenaga yang sudah terkuras, pikiran serta waktu yang sudah tersita, seluruh takkan ada apa-apanya dibanding dengan hasil yang kita dapatkan, yakni anak yang shaleh.
mempunyai anak shaleh adalah idaman tiap-tiap keluarga. di samping sebagai penerus keturunan, kelak anak shaleh akan jadi investasi di periode yang akan tiba. do'a-do'a anak shaleh yaitu pahala yang selalu mengalir tanpa henti. ia dapat menembus langit serta selanjutnya hingga pada kita sebagai orang tua sebelum saat maupun setelah kita mati.
berkemauan mempunyai anak yang shaleh tidaklah impian. siapa lalu orangnya sama mempunyai peluang untuk mewujudkannya. kehadiran anak shaleh didalam sesuatu keluarga tidaklah mu'jizat atau turun dari langit dengan sendirinya. ia dapat ada di dalam-tengah kita tiada lain adalah buah dari usaha yang kita kerjakan saat mendidiknya. apabila kita berkemauan serta berupaya keras mendidik anak supaya jadi anak yang shaleh, maka ia dapat tumbuh cocok dengan apa yang kita kehendaki. namun bila tidak, hasrat untuk mempunyai anak shaleh hanya sesuatu angan-angan serta hayalan semata.
syaikh abu hamid al ghazali saat mengulas perihal peran ke-2 orangtua didalam pendidikan menyebutkan : "ketahuilah, bahwa anak adalah amanat untuk ke-2 orangtuanya. hatinya yang tetap suci adalah permata alami yang bersih dari pahatan serta bentukan, dia siap diberi pahatan apa pun serta condong pada apa saja yang disodorkan kepadanya bila dibiasakan serta diajarkan kebaikan dia dapat tumbuh didalam kebaikan serta berbahagialah ke-2 orang tuanya didunia dari akherat, juga tiap-tiap pendidik serta gurunya. namun bila dibiasakan kejelekan serta dilewatkan sebagai mana binatang ternak, niscaya dapat jadi jahat serta binasa. dosanya lalu ditanggung oleh penguru serta walinya. maka sebaiknya ia memelihara mendidik serta membina dan mengajarinya akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang serta tidak juga membuatnya senang kemewahan, hingga dapat menggunakan umurnya untuk melacak perihal tersebut apabila dewasa. "
tersebut disini sebagian metode saat mendidik anak, supaya anak diinginkan bisa mempunyai sikap serta tingkah laku yang baik dan cocok dengan hasrat orang tua dengan berlandaskan norma serta agama.
1. keteladanan
keluarga, terutama orang tua yaitu profil awal untuk seorang anak untuk diikuti serta dicontoh perilakunya. saat anak mulai beranjak remaja, fungsi ini mulai berubah pada grup sebaya-nya maupun figur-figur lain di luar keluarga, layaknya tokoh-tokoh didalam film atau cerita. oleh dikarenakan itu, telah semestinya orang tua bisa berikan pondasi awal yang kuat perihal sikap serta tingkah laku yang positif. karena kelak saat anak dihadapkan pada kondisi yang amat kompleks, anak dapat lebih siap serta berkelanjutan pada pendiriannya.
supaya tujuan ini terwujud, maka pastinya mesti ada keteladanan dari orang tua. ingatlah satu perbuatan orang tua tak lagi efisien apabila cuma berlangsung komunikasi satu arah. berilah contoh yang pada anak tentang tingkah laku yang baik dari orang tua mereka sehari-hari. ini dapat diawali dengan perihal yang biasa sehari-hari kita kerjakan di rumah. dengan demikian, kedepan diinginkan anak akan mulai sedikit untuk sedikit mencontoh tingkah laku yang positif dari orang tuanya.
2. pembiasaan
sesudah ada contoh yang baik dari orang tua, maka butuh dikerjakan pembiasaan dari perilaku-perilaku yang sudah dikerjakan tadi. perihal ini mutlak dikarenakan dihawatirkan apabila orang tua waktu tidak ada disisi mereka, perilaku-perilaku yang anak kerjakan akan beralih kembali. karenanya ada pembiasaan, maka tingkah laku positif tersebut dapat jadi tabiat positif anak hingga ada atau tak ada orang tua, perihal positif terus mereka kerjakan.
3. nasihat
setelah itu yaitu nasihat. dikala sistem di atas berjalan, orang tua juga mesti selalu berikan pengertian-pengertian maupun pemahaman-pemahaman pada anak kenapa satu tingkah laku itu mesti dikerjakan, apa faedahnya, baik untuk diri sendiri serta yang terutama untuk orang lain.
4. kontrol
sesudah beberapa langkah diatas jalan dengan baik, maka setelah itu yaitu kontrol dari orang tua. didalam pelaksanaannya, kontrol yang dikerjakan harus digerakkan dengan arif serta bijaksana, tidak membuat posisi anak jadi tersudut, hingga kontrol justru tidak jadi efisien.
5. reward and punishment
yang paling akhir yaitu memberikan hadiah serta hukuman. di samping poin-poin diatas, tips kelima ini juga tidak kalah pentingnya untuk menumbuhkan ketertarikan serta tanggung jawab pada anak. tetapi daripada itu, pada mulanya mesti dingat oleh beberapa orang tua bahwa pemberian hukuman pada anak ditujukan untuk mendidik anak bukan hanya untuk menyudutkan terlebih melukai fisik.
hukuman yang didapatkan bukan sekedar hanya berupa fisik, namun juga dapat dikerjakan perihal lain layaknya dengan pengurangan hak, atau pemberian satu tugas tambahan. apabila hukuman fisik terpaksa diberikan, maka mesti di perhatikan bahwa cubitan kecil maupun pukulan mudah dapat bisa diberikan dengan syarat : tidak bisa dibagian-bagian vital anak, tidak bisa di bagian atas tubuh ( perut, dada, leher, kepala, punggung ) serta tidak bisa meninggalkan bekas.
oleh, sandi susandi/ majalah tabligh